Memang sudah direncanakan sebelumnya jika kami (para pejuang tumbler) akan menghabiskan weekend bersama di Nganjuk. Sayangnya, perjalanan kali ini tidak full team :( Total hanya 7 orang saja yang mengikuti perjalanan kali ini.
Akhirnya papa tumbler (mas Satya) yang juga orang Nganjuk pun mengajak berangkat Kamis malam dengan bis. Rencanaaanya, jam setengah 7 berangkat, tapi ternyata sangat molor sehingga baru berangkat dari kampus jam 8 malam, dan sampai di Terminal jam setengah 9 jam 9an
Omong-omong ini pengalaman pertama ku naik bis kota dari teminal bungurasih (terminal purabaya). Diantara 4 orang yang berangkat saat itu (aku, sari, mas satya, dan budi). Aku lah yang paling excited naik bis kota dari bungurasih -_- Saat itu bungurasih sangat ramai karena esoknya (Jumat 31/01/14) merupakan tanggal merah karena Imlek
Ternyata naik bis itu nggak gampang yaa, jauh beda dengan kereta *kebiasaan naik kereta* ya meskipun harganya juga tentu berbeda, Surabaya-Nganjuk hanya 15ribu *baru tau*. Kalau naik bis harus mengantri lama dan berdesak-desakan demi mendapatkan kursi, atau bahkan demi naik bis walaupun berdiri sekalipun :' *kalau lagi rame*
Pertama kalinya nunggu masuk bis selama lebih dari satu jam, berdiri di depan pintu berharap pak kernet segera membuka pintu. Ditemani rintik hujan dan dinginnya malam, serta dorongan orang-orang yang juga sudah tak sabar masuk ke dalam bis, sungguh mengharukan *alay*. Saat menunggu itupun kami habiskan dengan bercerita ini itu, sampai akhirnya sekitar pukul 10 malam, pintu bis pun di buka, dan kami segera bergegas masuk dan mencari tempat duduk. Tak lama, bispun sudah penuh dan siap melaju
Aku menghabiskan waktu di bis untuk tidur, karena saat itu memang jam tidur. Perjalanan yang panjang ternyata, ditambah lagi macet karena ada kecelakaan. Akhirnya sampai Nganjuk sekitar pukul 3 pagi. Kemudian mencari makan, sehingga sampai di rumah mas Satya sekitar pukul 4 pagi. Dilanjutkan makan, sholat shubuh, dan... tidur.
Hawa pagi di Nganjuk sangat menyegarkan, beda dengan di Surabaya yang sudha penuh polusi dan panas ._. Setelah mas Rizha yang berangkat dari Madiun sampai di rumah mas Satya, kami pun mulai memikirkan, kemana kita pergi?
Kami pun memutuskan untuk bermain ke Kediri, ke Gunung Kelud, karena sebagian besar dari kami belum pernah ke sana. Sekitar pukul 9 pagi kami bersiap untuk berangkat.
Tujuan pertama : Menjemput Dwi
Jarak antara rumah mas Satya dan Rumah Dwi cukup jauh, meskipun sama-sama Nganjuk nya,mungkin sekitar 30-45 menit. Rumah mas Satya ada di tengah-tengah Nganjuk, sedangkan rumah Dwi sudah memasuki pinggiran Nganjuk mendekati Kediri. Masuk daerah rumah Dwi, suasananya sungguh asri. Sayang, kami tak sempat berfoto di dekat sawah dan kali karena jalannya yang sempit dan waktu yang mepet. Akhirnya kami hanya berfoto-foto di rumah Dwi
foto dengan keluarga Dwi :) |
di rumah Dwi juga ada pohon rambutan loo |
Tujuan kedua : Menjemput Puju
Setelah menjemput Dwi, perjalanan kami lanjutkan ke Rumah Puju. Ternyata oh ternyata, jarak antara rumah Dwi dan rumah Puju tidak terlalu jauh. Rumah Puju semakin dekat dengan Kediri. Sama seperti memasuki daerah rumah Dwi, rumah Puju pun dekat sawah dan kali, dan lagi-lagi kami tak sempat berfoto-foto di sana, hanya berfoto di depan rumah Puju
berfoto dengan ayah Puju :) |
berfoto di halaman rumah Puju, sangat hijau! |
Tujuan Ketiga (Utama) : Gunung Kelud
Setelah peserta perjalanan kali ini komplit, kami pun berangkat menuju Kediri, sambil menunggu waktu Jumatan, mobil yang kami naiki terus melaju menuju Gunung Kelud. Saat itulah aku baru tau yang namanya GUMUL atau SLG (Simpang Lima Gumul). Meski tak sempat turun dan berfoto, tapi setidaknya aku sudah tau gumul itu seperti apa, kukira gumul = gumuk (sebutan untuk bukit kecil di Jember) ternyata kedua hal yang namanya mirip itu berbeda -_-
ini yang namanya Gumul |
Memasuki waktu dhuhur, kami mencari masjid di daerah Wates. Setelah sholat jumat bagi para cowok, dan sholat dhuhur bagi para cewek, kami pun melanjutkan perjalanan.
nunggu para cowok sholat, foto dulu :)) |
jalanan menuju Gunung Kelud |
Ternyata untuk menuju puncak Gunung Kelud, kita harus menaiki ribuan anak tangga. Berbeda dengan Gunung Ijen yang hanya ada treknya yang berbatu dan berpasir. Melelahkan-sangat-melelahkan, belum persiapan dan pemanasan sebelumnya, ditambah hawa yang kurang bersahabat saat itu, membuatku berkeringat dingin dan masuk angin, sempat pusing sekali karena kedinginan, terkena angin, dan hujan..
Sesampainya di atas, kami bisa melihat pemandangan pegunungan.Tak lama kami berada di atas, karena hujan mulai turun dengan intensitas yang terus bertambah..
terowongan |
di dalam terowongan |
ciwi ciwi :3 |
Pejuang tumbler :D |
yang muda-muda :D |
Pejuang Tumbler (2) :D |
Pejuang Tumbler (3) :D |
aku :p |
Gunung Kelud :) *ini bukan aku yg moto btw :p* |
Syukurnya, saat hujan semakinn deras, kami sudah berada di bawah, kami bergegas mencari warung untuk beristirahat dan makan. Setelah dirasa cukup dan hujan sudah mulai mereda, kami memutuskan untuk pulang.sebelumnya kami membeli oleh-oleh nanas terlebih dahulu sebelum waktu ashar habis.
Di perjalanan kami mencari masjid untuk sholat ashar, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Sesampainya di kota Kediri kami mencari oleh-oleh. Kemudian mencari masjid untuk menunaikan sholat maghrib.
Setelah itu, kembali seperti saat berangkat, tetapi dibalik. Mengantar Puju pulang kemudian mengantar Dwi. Ternyata jalanan daerah rumah mereka sangatlah gelap, pecahayaan sangat kurang di sini, menakutkan ._.
Malamsemakin larut, setelah memasuki kawasan kota Nganjuk, kami mendatangi pameran buku, kemudian kembali pulang ke rumah mas Satya. Sampai di sana sekitar pukul 9 malam, dan waktunya beristirahat..
Esoknya (Sabtu, 01/02/14) waktunya untuk kembali ke Surabaya. Hari itu, kami semua bangun kesiangan, tampaknya kami semua tidur nyeyak karena kelelahan. Kami bergegas mandi kemudian menikmati pagi dari balkon lantai 2 sembari menunggu mas Satya yang tenyata tidur lagi -_- Sekitar pukul setengah 9 kami memutuskan pulang. Sebelumnya kami berfoto-foto dulu di depan rumah mas Satya. Setelah itu cus ke terminal Nganjuk yang dekat dengan rumah mas Satya. Mas Satya tetap berada di Nganjuk karena harus mengisi seminar di hari minggu nya. Kami (aku, sari, budi, dan mas Rizha) pun bertolak kembali ke Surabaya dengan menggunakan bis dengan armada yang sama seperti saat berangkat. Tetapi kali ini tidak sepenuh saat berangkat menuju Nganjuk.
berfoto dengan ibu mas Satya :) |
Tak sabar untuk perjalanan selanjutnya! Semoga Gerakan 10000 Tumbler tetap istiqomah, diridhoi, dan dilancarkan segalanya oleh Allah SWT aamiin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar